Keimanan merupakan asas penentu
dalam kehidupan manusia dan dalam ajaran islam, bisa dikelompokkan menjadi dua
:
1)
Kelompok
kafir
2)
Kelompok
mukmin
Keimanan mempunyai relevansi
dalam memahami dan mnecermati serta mengimplementasikan nilai-nilai illahiyah
dalam kehidupan manusia. Uraian berikut ini merupakan salah satu pemikiran
dalam rangka redefinisi keimanan dalam rangka refungsionalisasi dalam
ketuhanan.
A.
KEIMAMAN
Keimanan berasal dari
kata dasar “iman” pengertian iman dalam ajaran islam strateginya yaitu
menggumpulkan ayat-ayat Al-qur’an atau hadits yang redaksionalnya terdapat kata
iman, dibentuk dari kata “ aamana” ( fi’il madhi/ bentuk telah) “yu’minu(fi’il
mudhari/ bentuk sedang atau akan ). Dalam Al- qur’an terdapat sejumlah ayat
yang berbicara tentang iman di surat QS. Al- Baqarah (2) :165
“ Iman adalah keterikatan antara kalbu, ucapan
dan perilaku.” (Menurut Al- Sakawy dalam, Al- Maqasid, Al- Hasanah, hlm 140,
kesahihan hadits tersebut dapat dipertnggungjawabkan ).
Aqdun artinya ikatan,
keterpaduan, kekompakkan.
Qalbu adalah potensi praktis
yang berfungsi untuk memahami informasi. Ini berarti idnetik dengan pikiran
atau akal.
Kesimpulan ini
berdasarkan QS. Al-A’raaf (7) :179
Iqrar artinya pernyataan atau
ucapan. Iqrar bil lisan dapat
diartikan dengan menyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Amal bil arkan artinya perilaku gerakan
perangakat anggota tubuh. Berdasarkan tafsiran tersebut diketahui, bahwa rukun
atau struktur iman ada tiga aspek yaitu: kalbu, lisan, dan perbuatan.
Dalam istilah al-qur’an
iman yang negatif disebut kufur pelakunya disebut kafir. Ayat yang mengemukakan
kata iman dikaitkan dengan nilai yang negatif di antaranya QS. Al-qur’an
An-Nissa (4) : 51
Kata iman pada ayat tersebut
dirangkaikan pada kata jibti dan taghut,syaithan dan apa saja yang
disembah selain Allah. Kata iman dikaitkan dengan kata bathil( yang tidak benar
menurut Allah ) QS. Al-Ankabut (29):51
B. IMPLIKASI
KEIMANAN
1. Tawakal
Tawakkal yaitu senantiaasa hanya mengabdi (hidup )
menurut apa yang diperintahkan oleh Allah. Dengan kata lain, orang yang
bertawakal adalah orang yang menyandarkan berbagai aktivitasnya atas perintah
Allah.
2. Mawas
diri dan bersifat ilmiah
Pengertian mawas diri seseorang tidak terpengaruh
oleh berbagai kasus dari mana pun datangnya baik dari kalangan jin atau
manusia, bahkan mungkin juga datang dari diri sendiri QS. An- Naas (114) 1-3
3. Optimisme
dalam menghadapi masa depan
Jika seseorang tidak dapat menghadapi dan
menyelesaikan suatu permasalahan maka orang tersebut dihinggapi penyakit psikis
kejiwaan anatara lain prustasi, nervous, depresi dan sebagainya. Setiap manusia
untuk selalu bersikap optimis karna pada hakikatnya tantangan merupakan
pelajaran hal tersebut dinyatakan dalam surat QS. Al-Insyirah (94) 5-6.
4.
Konsisten dan menempati
janji
Janji adalah hutang. Menepati janji berarti membayar
hutang sebaliknya ingkar janji adalah suatu pengkhianatan QS. Al-Maidah(5):1
5.
Tidak
sombong
Karena ilmu pengetahuan itu amat luas dan berkembang
terus maka orang yang merasa telah pandai jelas akan menjadi bodoh. QS.
Al-Luqman (31) ayat 18 menyatakan suatu larangan tehadap sifat dan sikap yang
sombong.
Karena kesombongan akan menjadi bodoh lantaran malas
belajar tidak mau bertanya kepada orang lain.
C.
PEMBINAAN
IMAN
Apabila iman diartikan
sebagai sikap hidup, maka pembinaan iman berarti membina manusia seutuhnya.
Pembinaan iman pada dasarnya sangat tergantung pada lingkungan dan situasi di
mana anak sedang dalam proses pembentukan ahlak dan keimanannya jika seseorang
tidak mengenal dan mempelajari al-qur’an maka tidak mungkin ia menjadi mukmin
jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah dan tidak pula mempraktekkannya maka
orang tersebut tidak mungkin akan beriman kepadanya. QS. Al-Baqarah (2) :146
0 comments:
Post a Comment